Ini Alasan Mengapa Diesel Common Rail Tidak Boleh Diisi Solar Busuk

ini alasan mengapa mesin diesel comman rail tidak boleh menggunakan solar busuk


Mesin - mesin diesel modern adalah mesin diesel yang cara bekerjanya lebih baik dibanding dengan mesin diesel konvensional. Saat ini, kendaraan - kendaraan passanger yang bermesin diesel sudah menggunakan teknologi mesin diesel comman rail.

Pada mesin diesel comman rail, penginjeksian bahan bakar layaknya seperti mesin EFI bensin yang juga sama - sama mengandalkan Electronic Control Unit ( ECU/ECM ) sebagai pengontrol penginjeksian bahan bakar. Jelas ini sangat berbeda dengan diesel konvensional yang hanya mengandalkan mekanisme tekanan pada pumpa injeksi saja ( Injection pump ).

Salah satu keuntungan dari mesin diesel comman rail dibanding mesin diesel konvensional yaitu suara mesin yang lebih halus serta tingkat kadar racun pada gas buang yang semakin kecil. Sehingga diprediksi mesin - mesin diesel semuanya akan menggunakan teknologi comman rail agar sesuai dengan aturan emisi gas buang yang semakin ketat.

Masyarakat Indonesia sebagai pasar terbesar otomotif sepertinya kurang begitu tertarik untuk memiliki mobil - mobil passanger yang berbasis mesin diesel ( khususnya yang sudah menerapkan comman rail ). Jika pun ada, jumlahnya tidak begitu seimbang dengan mobil - mobil yang berbasis mesin bensin.

Salah satu alasan yang beredar luas dikalangan masyarakat adalah untuk mendapatkan kwalits solar yang baik itu susah. Khususnya di kota - kota terpencil yang mana mereka beranggapan bahwa kwalitas solar di Indonesia masih buruk ( solar busuk ). Dan mereka mengiyakan jika solar busuk dapat merusak sistem comman rail. Benarkah demikian ?

Apa Itu Solar Busuk ? 

pengertian solar busuk


Berikut ini adalah paparan dari Faustina Prima Aksara ahli perminyakan mengenai istilah solar busuk yang ada di Indonesia.


Tekanan bahan bakar diesel common-rail berkisar 1,600-2,000 bar atau lebih. Mesin diesel common rail memerlukan pembakaran bertekanan tinggi dan sempurna, jadi diperlukan solar berkualitas tinggi agar performa mesin diesel yang maksimal.

Kualitas solar ditentukan oleh cetane number (CN). Cetane number  adalah seberapa tahan solar terhadap pre -ignition ( daya tahan bakar ). Cetane number menunjukkan jumlah C16 di dalam solar. Bahan bakar diesel sendiri terdiri dari C14 hingga C21. Semakin banyak kadar C16, solar akan semakin mudah terbakar sehingga pembakaran yang terjadi lebih sempurna dan efisien. Nilai Cetane Number  yang tertera menunjukkan kualitas penyalaan solar atau ukuran untuk menyatakan keterlambatan pengapian solar.

Pada mesin diesel, pembakaran terjadi karena kenaikan temperatur campuran udara dan bahan bakar akibat kompresi piston  hingga mencapai ignition temperature ( temperatur pembakaran ). Pada mesin diesel tertentu, solar dengan Cetane number  yang lebih tinggi akan memiliki periode penundaan pengapian lebih singkat dibandingkan dengan solar dengan cetane number  yang lebih rendah.

Idealnya, nilai Cetane number  yang sesuai untuk mesin common rail adalah kurang lebih 50–55. Akan tetapi, "solar busuk" memiliki nilai Cetane numbernya hanya  44 saja, sehingga dapat dipastikan bahwa penundaan pengapian dan kompresi yang dihasilkan oleh solar busuk rendah.

Busuk/tidak nya solar tidak hanya dipengaruhi oleh Cetane number, tetapi juga oleh API gravity, heating value, dan kadar sulfur. Heating value digunakan untuk menentukan jumlah energi kalor yang dilepaskan ketika solar dibakar pada temperatur tertentu. Heating value berbanding lurus dengan densitas, yang dinyatakan dalam API gravity. Penurunan 2% nilai heating value, yang menurunkan kualitas solar.

Kadar senyawa aromatik yang tinggi juga menyebabkan solar menjadi "busuk". Alasannya, senyawa aromatik dapat menurunkan nilai Cetane number. Pelumasan mesin oleh solar juga menurun karena adanya senyawa aromatik ini, sehingga mesin lebih mudah rusak.

Hal lain yang menyebabkan solar menjadi "busuk" adalah adanya kandungan sulfur. Sulfur meningkatkan keasaman solar, sehingga solar dapat merusak mesin diesel, menurunkan efektivitas pembakaran, serta menambah jumlah emisi SOx ( Sulfur Oxida )

Selain itu  sulfur yang tinggi menyebabkan karat pada  injektor common rail yang memiliki lubang  lebih presisi dibanding dengan injektor mekanikal yang lebih tahan. Jadi, jelas bahwa solar busuk dapat merusak mesin.


Meski B30 (  Bahan bakar minyak 30 % dan 70 % Biodiesel ) tidak selalu bermakna "solar busuk", adanya biodiesel sedikit mempengaruhi performa mesin. Memang, kandungan Fatty Acid Methyl Esther (FAME) bersifat detergency sehingga dapat membersihkan mesin kendaraan, tetapi FAME juga meningkatkan keasaman solar, sehingga menyebabkan filter solar pada kendaraan lebih mudah rusak.

0 Response to "Ini Alasan Mengapa Diesel Common Rail Tidak Boleh Diisi Solar Busuk"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel