Pengalaman Perlombaan Sheel Eco Marathon Tingkat Asia



Kalau kata orang hidup harus harus penuh perjuangan. kata saya berbeda, Hidup memang penuh perlombaan. Sejak  2008 sampai 2014 atau lebih detailnya sejak duduk di bangku SMK kelas XI sampai lulus kuliah, hampir setiap tahunnya saya tidak pernah absen ikut  perlombaan di bidang otomotif. Dari tingkat kabupaten sampai tingkat Benua Asia, dari SMK sampai dapat beasiswa Kuliah ke Jawa.

Bermodalkan semangat dan impian, hampir semuanya sudah tercapai. Dan klimaksnya ketika bisa menjadi bagian dari perwakilan-perwakilan Mahasiswa Indonesia yang bertarung keterampilan di tingkat Asia. Tepatnya di tahun 2013, dimana tim kami dinyatakan lolos untuk mengikuti ajang perlombaan rancang bangun kendaraan hemat energi tingkat asia yang bernama Shell Eco Marathon. Tidak banyak orang yang mengenal kompetisi ini, namun dikalangan mahasiswa mesin (khususnya) se Indoensia, ini menjadi ajang pembuktian kalau kamu itu orang yang layak disebut i'am mechanical engginer.

Setelah dinyatakan lolos, tim kami pun dengan penuh semangat membuat rancang bangun mobil berbekal pengetahuan di perkuliahan dan pegalaman di masing-masing bidang. Ini menjadi tantangan terberat, walau sebelumnya tim kami pernah menjadi juara 3 nasioanl Indonesian Energy marathon Challenges di ITS surabaya.

Selain membutuhkan tingkat pengetahuan yang tinggi, kami juga uang banyak untuk menyokong pembuatan mobil, pengiriman mobil dan biaya-biaya yang tidak terduga yang hampir mencapai nilai 100 juta rupiah. Uang semua itu lho..

Tim yang terdiri dari 8 orang dari dua jurusan yang berbeda akhirnya dengan dengan bersusah payah bisa menyelesaikan pembuatan mobil jenis prototype gasoline engine yang kami berinama mobil cimahi 3. Dimana pada generasi 1 dan 2 sudah pernah ikut perlombaan di tingkat Nasional.

Pembuatan mobil kami lakukan disela-sela waktu kosong kuliah, baik siang dan lebih banyak pada malam hari. Sampai kami pun membuat tempat istirahat khusus di workshop sebagai tempat istirahat karena malas pulang ke kos.

Setelah mobil sudah selesai dibuat, akhirnya mobil pun dikirim ke negara tujuan perlombaan di adakan. Waktu itu di Filipine, biaya ongkos mobil yang dikenakan oleh pihak shipping pun lumayan membuat kami gigit jari. Nilainya mencapai 45 juta rupiah. Bayangin aja, cuman ngirim mobil pulang pergi segitu gedenya.

Yang paling susah untuk dilupakan sampai sekarang adalah ketika uang kami tidak mencukupi untuk membeli tiket PP Indonesia - Filipine untuk 7 orang. Dengan uang 35 juta, kami harus bisa berangkat 7 orang. Tidak habis akal, akhirnya saya dan seorang teman memburu tiket pesawat paling murah ke Soekarno Hatta. Demi memburu tiket

Tergeletak lemah tak berdaya di bandara manila


paling murah dari maskapai yang tersedia, kami pun bermalam di bandara Soeta seperti tuna wisma. Setelah mencari informasi akhirnya kami pun mendapatkan tiket pesawat paling murah dikelas yang paling rendah, gk perlu nyaman yang penting sampai tujuan.

Akhirnya sampai juga di filipine, dengan suasana yang tidak jauh berbeda dengan Indonesia dan banyak juga makanan Indoensia yang masuk kesana. Namun, bedanya mereka sangat fasih berhasa Inggris, bahkan tukang becak sekalipun.

Hari pertandingan pun dimulai, setelah dimulai dengan techincal meeting, akhirnya kami diperbolehkan masuk ke paddock untuk mengambil mobil yang masih berada didalam peti kayu. Setelah petinya terbuka, kami pun bergegas memperbaiki komponen-komponen yang belum terpasang dan menyeting untuk siap-siap running test.

Sedang perbaikan di paddock

Setelah melakukan beberapa pengujian oleh tim juri, berupa uji rem pada tanjakan, benturan, sudut belok dan lain-lain, akhirnya kami dinyatakan layak untuk turun sirkuit bertanding dengan mobil-mobil rancangan mahasiswa dari seluruh asia.

Setelah hampir 2 hari pertandingan, ternyata masih ada juga salah satu tim dari India yang belum lolos uji. Akhirnya dengan senang kami pun coba membantu  mereka yang kebetulan paddocknya saling berhadapan dengan kami. Dan merekapun akhirnya lolos uji kelayakan.

Tim yang kami bantu dari India


Setelah hasil pertandingan selesai, hasil pun didapat. Dan kami p tidak terlalu kecewa dengan peringkat yang kami dapat diperingkat 19 dari 45 pada kelas gasoline prototype.

Pertandingan pun selesai, dan selamat berpisah dengan teman-teman yang lain. Kesempatan perpisahan inipun tidak di sia-siakan dengan salah satu teman saya. Jadi ceritanya dia bertukar mata uang dengan negara-negara tetangga yang nilai nominalnya jauh diatas rupiah. Seperti malaysia, singapura. Dab ternyata dia dapat banyak uang, untung banyak kan.,. hahaha

Dah lah ya,.. mungkin itu sedikit pengalaman pribadi dari saya. kamu pasti juga pernah punya pegalaman yang istimewa juga kan..

0 Response to "Pengalaman Perlombaan Sheel Eco Marathon Tingkat Asia"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel